Sejarah Kepemilikan Saham Gojek
namaguerizka.com Gojek adalah perusahaan teknologi besar di Indonesia yang menjadi salah satu "decacorn" di Asia Tenggara, artinya memiliki valuasi lebih dari 10 miliar dolar AS. Sejak didirikan pada tahun 2010 oleh Nadiem Makarim, Kevin Aluwi, dan Michaelangelo Moran, Gojek telah tumbuh menjadi platform layanan super dengan berbagai produk, termasuk transportasi, pengantaran makanan, pembayaran digital, dan lainnya. Selama perjalanan pertumbuhannya, kepemilikan saham Gojek telah mengalami beberapa perubahan seiring dengan masuknya berbagai investor besar dari dalam dan luar negeri.
Sejarah Kepemilikan Saham Gojek
Pada awalnya, sebagian besar saham Gojek dimiliki oleh para pendiri, terutama Nadiem Makarim, yang kemudian menjabat sebagai CEO. Namun, seiring pertumbuhan perusahaan dan kebutuhan pendanaan, Gojek menerima investasi besar dari berbagai perusahaan modal ventura, investor strategis, dan perusahaan teknologi global. Dalam proses ini, kepemilikan para pendiri berkurang karena saham diberikan kepada para investor.
Pada tahun 2019, setelah Gojek mencapai status decacorn, perusahaan ini menarik perhatian investor global yang signifikan. Gojek berhasil mengumpulkan dana dari perusahaan-perusahaan besar seperti Google, Tencent, Temasek, Sequoia Capital, dan lain-lain. Berikut adalah beberapa investor besar yang memiliki saham di Gojek hingga beberapa tahun terakhir:
1. Google: Perusahaan teknologi raksasa ini melakukan investasi strategis di Gojek untuk memperkuat kehadirannya di pasar Asia Tenggara. Google melihat potensi besar dalam ekonomi digital Indonesia dan memberikan dana segar kepada Gojek untuk mempercepat ekspansinya.
2. Tencent: Perusahaan teknologi asal China ini juga menjadi salah satu investor utama di Gojek. Tencent, yang memiliki aplikasi pesan populer WeChat, melihat kemiripan dengan model Gojek sebagai "super app" dan memandang Gojek sebagai mitra strategis di wilayah Asia Tenggara.
3. Temasek Holdings: Dana investasi milik pemerintah Singapura ini berfokus pada peluang investasi di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia. Temasek melakukan investasi jangka panjang di Gojek untuk mendukung pertumbuhan ekosistem ekonomi digital di kawasan.
4. Facebook: Facebook ikut ambil bagian dalam putaran pendanaan yang dilakukan oleh Gojek sebagai bagian dari strategi mereka untuk mendukung pengembangan pembayaran digital di Indonesia.
5. Astra International: Perusahaan konglomerat Indonesia ini menjadi salah satu pemegang saham domestik terbesar di Gojek. Astra memiliki kepentingan di sektor otomotif, keuangan, dan lainnya, sehingga investasi di Gojek merupakan langkah strategis untuk memperkuat posisinya di sektor digital dan transportasi.
6. PT Djarum: Grup Djarum, melalui anak perusahaannya, juga tercatat sebagai salah satu pemegang saham Gojek, terutama untuk memperkuat bisnis e-commerce di Indonesia.
7. Sequoia Capital: Perusahaan modal ventura yang berbasis di Amerika Serikat ini dikenal dengan investasinya di perusahaan-perusahaan teknologi terkemuka di dunia, termasuk Apple, Google, dan WhatsApp. Sequoia adalah salah satu pendukung awal Gojek dan memiliki saham signifikan sebagai bagian dari portofolio globalnya.
Merger dengan Tokopedia dan Pembentukan GoTo Group
Pada tahun 2021, Gojek melakukan merger dengan Tokopedia, salah satu platform e-commerce terbesar di Indonesia. Merger ini menghasilkan GoTo Group, yang menjadi perusahaan teknologi terbesar di Indonesia dengan layanan terpadu di berbagai sektor seperti e-commerce, transportasi, pembayaran, dan logistik. Setelah merger, saham Gojek tidak lagi berdiri sendiri, melainkan menjadi bagian dari GoTo Group.
Setelah merger ini, struktur kepemilikan saham GoTo berubah signifikan karena melibatkan pemegang saham Tokopedia dan Gojek. Investor besar dari kedua perusahaan menjadi pemegang saham utama di GoTo Group, yang mencakup nama-nama besar seperti SoftBank, Alibaba, dan Vision Fund, yang sebelumnya adalah investor di Tokopedia.
Kepemilikan Saat Ini
Sebagai bagian dari GoTo Group, kepemilikan saham Gojek saat ini diwakili oleh saham di GoTo. Seiring dengan go public-nya GoTo di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2022, para investor besar tersebut tetap memiliki porsi saham di perusahaan yang terbentuk dari gabungan dua startup terkemuka ini.
Para pendiri seperti Nadiem Makarim telah mengurangi kepemilikannya setelah mengundurkan diri dari posisi CEO Gojek dan menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia. Namun, Kevin Aluwi masih memegang sebagian saham dan terus terlibat dalam kepemimpinan GoTo.
Investor publik: Setelah IPO GoTo, sebagian saham Gojek kini dimiliki oleh publik. Hal ini memungkinkan masyarakat untuk memiliki saham di perusahaan teknologi terbesar di Indonesia ini melalui pasar saham.
Prospek Masa Depan
Dengan dukungan dari pemegang saham yang kuat, GoTo, termasuk Gojek di dalamnya, terus fokus pada ekspansi layanan dan inovasi teknologi. Perusahaan ini berkomitmen untuk mengembangkan solusi digital yang dapat memperkuat ekonomi Indonesia dan Asia Tenggara, terutama di bidang transportasi, pembayaran digital, dan e-commerce.
Dengan keberhasilan merger dan dukungan dari berbagai investor besar, GoTo diperkirakan akan terus menjadi pemain utama di sektor teknologi di Asia Tenggara. Dukungan dari investor internasional dan lokal juga memungkinkan GoTo untuk terus bersaing dengan perusahaan teknologi regional dan global, seperti Grab dan Sea Group (Shopee).
Kesimpulan
Secara singkat, kepemilikan saham Gojek telah berpindah dari para pendiri ke tangan investor besar baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Kini, sebagai bagian dari GoTo Group, kepemilikan saham Gojek diwakili oleh saham GoTo yang dimiliki oleh para pemegang saham dari kedua belah pihak, termasuk publik melalui pasar saham. Merger ini memungkinkan Gojek untuk tumbuh lebih besar dan memiliki posisi yang kuat dalam industri teknologi di Indonesia dan Asia Tenggara.